RUMAH KITA
Wilujeng Puspita Dewi
Bezper-2011
Bezper-2011
Panggung menggambarkan setting sebuah rumah yang sangat sederhana.
Berbilik bambu,beralaskan tanah.
Fade in sekan ,berbaring pada sebuah meja di tengah panggung. Dengan
posisi kepala tergeletak dan badan terbaring terlentang di meja.
Sekan menaikan tangan, kemudian seperti ingin menggenggam bintang
dengan kedua tangannya. Diambilnya bintang itu. Ia memejamkan matanya.
Narrator : Mimpi
berawal ketika kita memejamkan mata. Terbayang akan
berjuta mimpi. Pejamkanlah lebih dalam, hingga kau lihat
suatu titik bak bintang.
Pandang,pandang dan teruslah memandang hingga kau terlelap dalam
tidurmu. Dan mungkin ketika
kau bangun , kau akan bertanya
“dapatkah aku meraihnya?”
sekan bangun kemudian diintipnya tangan dia.
Sekan :
malam ini tak ku dapat jua bintang itu.(tersenyum
kecewa dan bangkit dari tidurnya)
Atau mungkin tangan ini terlalu kecil untuk
menggenggam bintang kecil itu? Hahahaha.bahkan untuk menggenggam hal kecilpun aku tak mampu.
Fade in Ira dan
berbaring di meja itu bersama sekan. Mereka
menerawang
bintangitu.
Ira :
bintang itu sebenarnya besaaaaar sekali. Hanya terlalu jauh saja makanya Nampak
kecil.
Sekan :
lalu kenapa aku tak bisa menggenggam bintang itu? Terlalu jauh atau terlalu besar?apa
harus aku kecilkan bintang itu agar dapat aku genggam?
Ira menggenggam tangan Sekan
Ira :
Kemarilah, dan tidur dipangkuan kakak
(sekan menurutinya)
Sebesar apapun bintang itu, jangan pernah kau
kecilkan bintang itu. Kau bisa membuat jarring besar untuk menangkapnya.
Sekan :
jika sudah ku buat jarring yang besaar , lalu dimana aku harus menangkap
bintang itu?
Ira :
tutuplah matamu. Turuti langkah kata hatimu. Tebarkan jarring itu, maka setelah
kau buka matamu bin (sekan memotong
pembicaraan)
Sekan :
bintang itu tak tertangkap . (membaringkan
diri)
Ira :
ayolah sekan yakinkan hatimu.
Sekan : (sekan bangkit dari tidurnya)
jangankan menangkapnya. Membuat jarring yang besar itu sangat lama kak! Andai
aku orang kaya, mungkin aku tak perlu menghabiskan waktu untuk membuat jarring .
Aku bisa langsung membeli jarring yang sangat besar. Sayang, aku ditemukan
orang melarat.
Ira :
esok pasti kita bisa jadi orang kaya.
Sekan :
selalu terucap kata esok. Semua orang yang disini selalu mengucapkan kata esok
!! Ada apa dengan esok? Haruskah esok kita berbuat jauh lebih baik? Lalu apa
itu benar akan membuat nasib kita berubah ketika esoknya lagi tlah datang?
Ira :
sekan………… (memanggilnya dengan
lembut)
Ira kembali menerawang bintang
itu
Fade in gilar. Gilar dan ira
menerawang bintang itu. Dengan sengit,
sekan menatap Mereka
Sekan :
kenapa hanya diterawang?
Gilar :
(tersadarkan) ha ? apa? Kau
bertanya padaku?
Sekan : Kau
bertanya padaku? Kalimat yang lucu. Kenapa kau tak lukis saja bintang itu?
Bukankah kau ini seorang pelukis?
Gilar :
Aku seorang pelukis ya? Terlalu lama jadi lupa. (menggenggam genggam tanganya)
sudah lama aku tidak melukis, jika harus
melukis pasti hasilnya sangat jelek. Mungkin esok kalau Tuhan memberi ku waktu,
aku akan melukis bintang itu.
Sekon :
Kenapa kau meminta waktu pada Tuhan? Kenapa tak kau minta saja uang padaNya?
Ira menggenggam tangan gilar.
Dan tersenyum
Ira :
sudah larut, tidurlah dan lukis bintang itu dalam mimpimu. Jika kau bangun
nanti, pasti dan mungkin kau sudah bisa melukis lagi.
Gilar menganggukan kepala dan
hendak pergi,sesaat tercegah oleh
kata kata Sekan
Sekan :apa
kau akan menuruti kata katanya? Kemudian tidur dan melukis dalam mimpi? Hidup
adalah sebuah realita. Tidak kah kau tahu? Orang sukses adalah orang yang waktu
istirahatnya sedikit. Ia tak punya waktu banyak untuk berandai andai dengan
mimpi !! tapi yang mereka lakukan adalah segera mewujudkanya! (terdiam)
tidurlah, maka ketika kau bangun semua akan
sama saja! Bahkan lebih buruk dari ini.
Semua terdiam,terdengar ketukan
pintu.gilar membukanya
.Fade in Rian.
Rian :
Kudengar keributan dari luar. Ada apa?
Gilar :
tak papa bang.
Rian :Oh
ya Lar, tadi aku bertemu Pak Mardi . ia
memesan lukisan karyamu.
Gilar :
sudah lama aku tidak melukis. Pasti hasilnya akan jelek.
Sekan :
sudah lama tak melukis atau karena tak mampu membeli kanvas dan kuas? (bangkit)
lihatlah semua orang dirumah bambu ini !
Seorang pelukis yang tak punya kanvas dan kuas (menatap gilar).
(menatap Rian) seorang gitaris yang
tak punya gitar! (menatap ira)
atau seorang penari lengger yang………. (tak
dilanjutkanya, hanya tersenyum jijik).
Orang orang yang terpenjara dalam kemiskinan,
terkubur dalam mimpi. Ya, inilah mereka!! Dan sedihnya lagi, mereka yang
menemukanku.
Rian :
terpenjara dalam kasih, terkubur dalam sayang. Itu yang tepat ! Dirumah ini
Tuhan mempertemuk
an
anak jalanan seperti kita. Bagiku ini kebahagiaan yang luar biasa. Tanpa harta
yang bergelimpangan, tapi cinta dan kasih selalu menyelimuti kita.
(diam sejenak)
Rian :
ya, gilar adalah pelukis yang tak mampu membeli kanvas dan kuas. Dan aku,
seorang gitaris yang telah menjual gitar nya. Dan kak ira? Lihat kak Ira ! Dia
berhenti menjadi penari lengger. Itu semua demi kamu sekan! Tapi apa salahnya?
Yang penting tak terlintas dalam benak kita untuk menjual cinta antara kita.
Sekan :Tentu
saja tak terlintas!! Mana ada yang akan membeli cinta kita! Lalu bagaimana
dengan penari lengger yang telah kehilangan perawanya? Apa itu masih bisa
disebut Penari lengger? Ha??(melirik
ira)
Rian : (menampar
sekan)
cukup
sekan! Kau tentu ingat kejadianya bukan?
Ira :
(mendekati sekan yang baru saja
ditampar. Ira membelai sekan)
tak terlintas dalam benak kakak untuk menjual
harga diri kakak. Melihat kau menggigil saat itu, tak perlu berfikir dua kali
untuk mengorbankan keperawananku.
Rian :
dengar kata kak ira!!
Gilar :
Sekan, sebanarnya apa cita citamu? Kenapa kau selalu merendahkan kami yang juga
saudaramu?
Semua terdiam
Sekan :
hahaha. kau mau tahu apa cita citaku? (terdiam,seakan
tak mau membicarakanya)
seminggu yang lalu, bu tinah memintaku untuk
menjadi anaknya. Mungkin malam ini aku akan menemuinya
Gilar menatap sekan dan
menggenggam tanganya
Gilar :
apa kau yakin itu cita citamu? Menjadi orang kaya dan meninggalkan kita? (melepaskan genggamanya)
Aku yakin itu bukan cita citamu! Akhir akhir
ini kau memang berubah dan begitu terobsesi dengan kekayaan. Tapi aku yakin,
itu bukan sekan!
Sekan : Aku
bukan sekan ya? Ya, memang aku bukan sekan. Aku adalah seorang penulis.
Hahahaha Penulis? Ya, itu lah cita citaku. Tapi apa yang bisa aku tulis?
Sebenarnya aku sama halnya dengan kalian. Aku adalah penulis yang kehilangan
cerita. Tak tahu apa yang harus aku
tulis. (menghela nafas dan terdiam
sejenak) ingin ku bercerita tentang sekolah,tapi aku tak tahu bagaimana
sekolah itu. Lalu apa yang harus aku ceritakan? Kemiskinan? Penderitaan bersama
kkalian? Rumah jelek ini? Atau mungkin bercerita tentang kalian?hahahaha. Tak
mungkin aku bercerita tentang itu semua.!!
Ira :
kau bisa bersekolah besok. Dan bercerita tentang sekolah.Tetaplah disini, kakak
akan menyekolahkanmu!
Rian :
sudahlah kak, jangan terlalu memaksakan keadaan! Jangan kau manjakan bocah ini!
Sekan : Heh
dengar ya!! Setidaknya, setelah keluar dari rumah ini banyak cerita yang bisa kutulis!(hendak pergi, kemudian dicegah oleh
kak Ira)
Ira :
hujan deras. Mau kemana? Kerumah bu tinah? Kau boleh menginap disana satu
malam. Hanya malam ini. Tapi besok kau harus kembali kesini. Berjanjilah !!
sebentar. Biar ku ambil payung.
Ira mengambil payung sedang
sekan telah pergi
Ira :
sekan, pakailah jas hujan dan payung ini.
(mencari)
mana
sekan? Kenapa kalian hanya diam saja? Jawab !
Rian :
sudah pergi
Ira :
kenapa tak kau cegah?
Gilar :
dia pasti kembali.
Fade out Gilar dan Rian
Lagu SUJIWO TEJO PADA SUATU
KETIKA.
Menggambarkan perubahan
waktu selama 2 tahun.
Ira :
Malam ini hujan begitu deras hingga bintang tak terlihat lagi. Satu persatu
dari mereka pergi. Hingga tinggal aku sendiri disini yang ditemani bintang. (menghela nafas)
Semua
yang kulakukan memang tak berguna dan tak pernah berguna. Tuha……n apa memang
aku tak berguna?
Fade in Gilar membawa makan
Ira :
sudah semalam ia tak pulang
Gilar :
mungkin besok.
(diam)
Fade in Rian
Ira :
sudah berapa hari?
Rian :
7 hari
Gilar :
mungkin minggu depan
(Diam)
Ira :
sudah berapa tahun?
Rian :
baru 1 bulan
Gilar :
mungkin bulan besok
Fade out Ira(jeda)
Fade in Ira membawa
benang,jarum dan kain
Ira :
kenapa ia tak kunjung pulang?
Rian :
dua bulan lagi, tepat satu tahun.
Gilar :
mungkin dua bulan lagi
(diam)
Ira :
sudah berapa tahun?
Rian :
Sudahlah kak! Kau selalu bertanya sudah berapa lama? Kapan sekan pulang!
Biarlah dia pergi. Toh dia sudah bahagia disana
Fade out Rian (jeda)
fade in Rian membawa gitar
Gilar :
Apa gitar itu kau persembahkan untuk sekan?
Rian :
Iya
Ira :
Ternyata kau masih memikirkan sekan juga
Rian :
Maaf kak, kemarin aku membentakmu. Aku hanya kesal saja
(jeda)
Ira :
kalau tidak salah sekarang sudah 2 tahun 4 bulan 3hari 6 jam
Rian :
salah, bukan 6 jam. Tapi 5 jam 55 menit.
Gilar :
aku akan membeli kertas gambar. Dan jika sekan kembali, katakana padanya dia
harus menungguku kembali.Aku akan melukis untuknya.
Fade out Gilar.
Ira :
aku rindu sekan
Rian :
aku juga
Ira :
sekan rindukah pada kita?
Rian :
itu yang jadi masalahnya
Fade in gilar
Gilar :
lihat !! ini cerita karya sekan. Aku berhasil mendapatkanya.
Ira :
lekas baca!!
Gilar :
emmmmmmmm (terdiam)
Rian :
ah lama !! sini biar aku saja yang baca. (seperti
hendak membaca) em………..
Gilar menyeret rian dan
berbisik
Gilar :
bukankah kau dan aku tidak bisa membaca?
Rian :
iya benar
Gilar :
biarlah kak ira yang membacanya
Rian :
kak Ira, berhubung kau yang paling tua antara kami, lebih baik kakak saja yang
membacanya.
Ira :
(membaca tanpa suara,)
Rumah
yang beratap bambu,beralaskan tanah. Tak luas, mungkin sekitar 2X3 meter saja.
Rumah itu begitu kotor, terletak ditengah sawah. Ya, mungkin bisa dibilang
sebuah BENGKEL DI TENGAH SAWAH yang dihuni SENIMAN jalanan. Tapi tersimpan
segudang cerita indah disana. Kami memiliki bakat dan cita cita , namun
terhalang oleh kemiskinan. Seorang pelukis yang tak mampu membeli kanvas,
gitaris yang telah menjual gitarnya, penari lengger yang telah kehilangan
perawan, dan………. Penulis cerita yang tak tahu harus menulis apa. Ingin dia
bercerita tentang sekolah , namun ia tak tahu bagaimana rasanya sekolah itu.
Tak ada hal indah yang bisa diceritakan dirumah itu. Hingga suatu hari penulis
itu pergi meninggalkan saudara saudaranya . Tapi ia sadar, takan ada cerita
indah selain di rumah itu. Banyak proses yang telah dilalui. suka, duka, mereka
lalui bersama. Cerita tentang anak presiden,artis, anak cerdas pun tak bisa
mengalahkan cerita indah kami, cerita anak jalanan di Rumah Kita. Ya……… RUMAH
KITA. HANYA RUMAH KITA !!! INILAH KITA DAN RUMAH KITA!
Semua terdiam
Rian :
Sekan berkata bahwa ia tak mungkin menulis tentang kita. Tapi tetap ia tulis
jua. Apa mungkin malam itu, sebenarnya dia berharap untuk kita cegah
kepergianya?
Ira :
kenapa tak kau cegah?
Rian :
itu bodohnya aku.
Sekan :
kau baru sadar kalau kau bodoh kak?
Rian :
itu dia masalahnya. Sudahlah ayo kita cari sekan.
Ira :
Kali ini kau harus menyeretnya pulang.
Ira, Rian,dan Gilar hendak
pergi,
Sekan :
hati hati kakak
Mereka tersadar akan sekan
Semua :
sekan???
(kemudian memeluknya)
Sekan :
aku rindu sekali dengan kalian. Kenapa malam itu kalian tak mencegah
kepergianku? Kalian jahat! Untuk mala mini, esok, dan esoknya lagi bolehkah aku
tidur di rumah ini?
Semua :
Tentu boleh
Gilar :
Sekan, akan kulukisakan sesuatu untukmu
Ira :
Kakak juga sudah menjahit selendang untuk kita menari bersama.
Sekan :
Terimakasih kakak
Rian :
Aku juga tak mau kalah. Aku sudah membeli gitar untuk kita bernyanyi bersama.
Sekan :
coba nyanyikan
Semua :
hanya bilik bambu
Tempat tinggal kita
Tanpa hiasan
Tanpa lukisan
Lampu mati, panggi kosong.
Lampu menyala
Narator :
Bintang itu memang benar benar indah. Sebuah harapan di rumah ini. Rumah kumuh
bak bengkel, dihuni oleh seniman jalanan dan terletak ditengah sawah. Ya,
Bengkel Seni Pertanian. B E Z P E R !! Mungkin cerita Rumah Kita hanyalah
sebuah scenario . Tapi kisah klasik di B E Z P E R adalah sebuah improvisasi
diluar scenario . Ya , Inilah kita , kisah kita dan…………… B E Z P E R kita .
No comments:
Post a Comment
silahkan masukkan komentar. pesan, saran maupun kritik untuk BEZPER tercinta