10.11.13

Rumah Kita



RUMAH KITA

Wilujeng Puspita Dewi
Bezper-2011

dibuat pada bulan November, persembahan dari Anggota Muda Bezper 2011 untuk Bezper :) 





Panggung menggambarkan setting sebuah rumah yang sangat sederhana. Berbilik bambu,beralaskan tanah.

Fade in sekan ,berbaring pada sebuah meja di tengah panggung. Dengan posisi kepala tergeletak dan badan terbaring terlentang di meja.

Sekan menaikan tangan, kemudian seperti ingin menggenggam bintang dengan kedua tangannya. Diambilnya bintang itu. Ia memejamkan matanya.

Narrator                       : Mimpi berawal ketika kita memejamkan mata. Terbayang                                                   akan berjuta mimpi. Pejamkanlah lebih dalam, hingga kau                                                    lihat     suatu titik bak bintang. Pandang,pandang dan teruslah                                      memandang hingga kau terlelap dalam tidurmu. Dan mungkin                                      ketika kau        bangun , kau akan bertanya “dapatkah aku meraihnya?”


sekan bangun kemudian diintipnya tangan dia.

Sekan                             : malam ini tak ku dapat jua bintang itu.(tersenyum kecewa dan bangkit dari tidurnya)
                                        Atau mungkin tangan ini terlalu kecil untuk menggenggam bintang kecil itu? Hahahaha.bahkan untuk menggenggam hal kecilpun aku tak mampu.  

Fade in Ira dan berbaring di meja itu bersama sekan. Mereka
menerawang bintangitu.

Ira                                   : bintang itu sebenarnya besaaaaar sekali. Hanya terlalu jauh saja makanya Nampak kecil.
Sekan                             : lalu kenapa aku tak bisa menggenggam bintang itu? Terlalu jauh atau terlalu besar?apa harus aku kecilkan bintang itu agar dapat aku genggam?

Ira  menggenggam tangan Sekan


Ira                                   : Kemarilah, dan tidur dipangkuan kakak
                                       (sekan menurutinya)
                                        Sebesar apapun bintang itu, jangan pernah kau kecilkan bintang itu. Kau bisa membuat jarring besar  untuk menangkapnya.
Sekan                             : jika sudah ku buat jarring yang besaar , lalu dimana aku harus menangkap bintang itu?
Ira                                   : tutuplah matamu. Turuti langkah kata hatimu. Tebarkan jarring itu, maka setelah kau buka matamu bin (sekan memotong pembicaraan)
Sekan                             : bintang itu tak tertangkap . (membaringkan diri)
Ira                                   : ayolah sekan yakinkan hatimu.
Sekan                             : (sekan bangkit dari tidurnya) jangankan menangkapnya. Membuat jarring yang besar itu sangat lama kak! Andai aku orang kaya, mungkin aku tak perlu menghabiskan waktu untuk membuat jarring . Aku bisa langsung membeli jarring yang sangat besar. Sayang, aku ditemukan orang melarat.
Ira                                   : esok pasti kita bisa jadi orang kaya.
Sekan                             : selalu terucap kata esok. Semua orang yang disini selalu mengucapkan kata esok !! Ada apa dengan esok? Haruskah esok kita berbuat jauh lebih baik? Lalu apa itu benar akan membuat nasib kita berubah ketika esoknya lagi tlah datang?
Ira                                   : sekan………… (memanggilnya dengan lembut)

Ira kembali menerawang bintang itu

Fade in gilar. Gilar dan ira menerawang bintang itu. Dengan sengit,
sekan menatap Mereka

Sekan                             : kenapa hanya diterawang?
Gilar                               : (tersadarkan) ha ? apa? Kau bertanya padaku?
Sekan                             : Kau bertanya padaku? Kalimat yang lucu. Kenapa kau tak lukis saja bintang itu? Bukankah kau ini seorang pelukis?
Gilar                               : Aku seorang pelukis ya? Terlalu lama jadi lupa. (menggenggam genggam tanganya)
                                        sudah lama aku tidak melukis, jika harus melukis pasti hasilnya sangat jelek. Mungkin esok kalau Tuhan memberi ku waktu, aku akan melukis bintang itu.
Sekon                             : Kenapa kau meminta waktu pada Tuhan? Kenapa tak kau minta saja uang padaNya?

Ira menggenggam tangan gilar. Dan tersenyum

Ira                                   : sudah larut, tidurlah dan lukis bintang itu dalam mimpimu. Jika kau bangun nanti, pasti dan mungkin kau sudah bisa melukis lagi.

Gilar menganggukan kepala dan hendak pergi,sesaat tercegah oleh
kata kata Sekan

Sekan                             :apa kau akan menuruti kata katanya? Kemudian tidur dan melukis dalam mimpi? Hidup adalah sebuah realita. Tidak kah kau tahu? Orang sukses adalah orang yang waktu istirahatnya sedikit. Ia tak punya waktu banyak untuk berandai andai dengan mimpi !! tapi yang mereka lakukan adalah segera mewujudkanya! (terdiam)
                                        tidurlah, maka ketika kau bangun semua akan sama saja! Bahkan lebih buruk dari ini.

Semua terdiam,terdengar ketukan pintu.gilar membukanya
.Fade in Rian.

Rian                                : Kudengar keributan dari luar. Ada apa?
Gilar                               : tak papa bang.
Rian                                :Oh ya  Lar, tadi aku bertemu Pak Mardi . ia memesan lukisan karyamu.
Gilar                               : sudah lama aku tidak melukis. Pasti hasilnya akan jelek.
Sekan                             : sudah lama tak melukis atau karena tak mampu membeli kanvas dan kuas? (bangkit)
                                        lihatlah semua orang dirumah bambu ini ! Seorang pelukis yang tak punya kanvas dan kuas (menatap gilar).
                                        (menatap Rian) seorang gitaris yang tak punya gitar! (menatap ira) atau seorang penari lengger yang………. (tak dilanjutkanya, hanya tersenyum jijik).
                                        Orang orang yang terpenjara dalam kemiskinan, terkubur dalam mimpi. Ya, inilah mereka!! Dan sedihnya lagi, mereka yang menemukanku.
Rian                                : terpenjara dalam kasih, terkubur dalam sayang. Itu yang tepat ! Dirumah ini Tuhan mempertemuk
                                       an anak jalanan seperti kita. Bagiku ini kebahagiaan yang luar biasa. Tanpa harta yang bergelimpangan, tapi cinta dan kasih selalu menyelimuti kita.

(diam sejenak)

Rian                                : ya, gilar adalah pelukis yang tak mampu membeli kanvas dan kuas. Dan aku, seorang gitaris yang telah menjual gitar nya. Dan kak ira? Lihat kak Ira ! Dia berhenti menjadi penari lengger. Itu semua demi kamu sekan! Tapi apa salahnya? Yang penting tak terlintas dalam benak kita untuk menjual cinta antara kita.
Sekan                             :Tentu saja tak terlintas!! Mana ada yang akan membeli cinta kita! Lalu bagaimana dengan penari lengger yang telah kehilangan perawanya? Apa itu masih bisa disebut Penari lengger? Ha??(melirik ira)
Rian                                :  (menampar sekan)
                                       cukup sekan! Kau tentu ingat kejadianya bukan?
Ira                                   : (mendekati sekan yang baru saja ditampar. Ira membelai sekan)
                                        tak terlintas dalam benak kakak untuk menjual harga diri kakak. Melihat kau menggigil saat itu, tak perlu berfikir dua kali untuk mengorbankan keperawananku.
Rian                                : dengar kata kak ira!!
Gilar                               : Sekan, sebanarnya apa cita citamu? Kenapa kau selalu merendahkan kami yang juga saudaramu?

Semua terdiam

Sekan                             : hahaha. kau mau tahu apa cita citaku? (terdiam,seakan tak mau membicarakanya)
                                        seminggu yang lalu, bu tinah memintaku untuk menjadi anaknya. Mungkin malam ini aku akan menemuinya

Gilar menatap sekan dan menggenggam tanganya

Gilar                               : apa kau yakin itu cita citamu? Menjadi orang kaya dan meninggalkan kita? (melepaskan genggamanya)
                                        Aku yakin itu bukan cita citamu! Akhir akhir ini kau memang berubah dan begitu terobsesi dengan kekayaan. Tapi aku yakin, itu bukan sekan!

Sekan                             : Aku bukan sekan ya? Ya, memang aku bukan sekan. Aku adalah seorang penulis. Hahahaha Penulis? Ya, itu lah cita citaku. Tapi apa yang bisa aku tulis? Sebenarnya aku sama halnya dengan kalian. Aku adalah penulis yang kehilangan cerita. Tak tahu apa yang harus  aku tulis. (menghela nafas dan terdiam sejenak) ingin ku bercerita tentang sekolah,tapi aku tak tahu bagaimana sekolah itu. Lalu apa yang harus aku ceritakan? Kemiskinan? Penderitaan bersama kkalian? Rumah jelek ini? Atau mungkin bercerita tentang kalian?hahahaha. Tak mungkin aku bercerita tentang itu semua.!!
Ira                                   : kau bisa bersekolah besok. Dan bercerita tentang sekolah.Tetaplah disini, kakak akan menyekolahkanmu!
Rian                                : sudahlah kak, jangan terlalu memaksakan keadaan! Jangan kau manjakan bocah ini!
Sekan                             : Heh dengar ya!! Setidaknya, setelah keluar dari rumah ini banyak cerita yang bisa kutulis!(hendak pergi, kemudian dicegah oleh kak Ira)
Ira                                   : hujan deras. Mau kemana? Kerumah bu tinah? Kau boleh menginap disana satu malam. Hanya malam ini. Tapi besok kau harus kembali kesini. Berjanjilah !! sebentar. Biar ku ambil payung.

Ira mengambil payung sedang sekan telah pergi

Ira                                   : sekan, pakailah jas hujan dan payung ini. (mencari)
                                       mana sekan? Kenapa kalian hanya diam saja? Jawab !
Rian                                : sudah pergi
Ira                                   : kenapa tak kau cegah?
Gilar                               : dia pasti kembali.

Fade out Gilar dan Rian

Lagu  SUJIWO TEJO PADA SUATU KETIKA.
 Menggambarkan perubahan waktu  selama 2 tahun.

Ira                                   : Malam ini hujan begitu deras hingga bintang tak terlihat lagi. Satu persatu dari mereka pergi. Hingga tinggal aku sendiri disini yang ditemani bintang. (menghela nafas)
                                       Semua yang kulakukan memang tak berguna dan tak pernah berguna. Tuha……n apa memang aku tak berguna?

Fade in Gilar membawa makan

Ira                                : sudah semalam ia tak pulang                                               
Gilar                               : mungkin besok.

(diam)
Fade in Rian

Ira                                   : sudah berapa hari?
Rian                                : 7 hari
Gilar                               : mungkin minggu depan

(Diam)

Ira                                   : sudah berapa tahun?
Rian                                : baru 1 bulan
Gilar                               : mungkin bulan besok

Fade out Ira(jeda)
Fade in Ira membawa benang,jarum dan kain

Ira                                   : kenapa ia tak kunjung pulang?
Rian                                : dua bulan lagi, tepat satu tahun.
Gilar                               : mungkin dua bulan lagi

(diam)

Ira                                   : sudah berapa tahun?
Rian                                : Sudahlah kak! Kau selalu bertanya sudah berapa lama? Kapan sekan pulang! Biarlah dia pergi. Toh dia sudah bahagia disana

Fade out Rian (jeda)
 fade in Rian membawa gitar

Gilar                               : Apa gitar itu kau persembahkan untuk sekan?
Rian                                : Iya
Ira                                   : Ternyata kau masih memikirkan sekan juga
Rian                                : Maaf kak, kemarin aku membentakmu. Aku hanya kesal saja

(jeda)

Ira                                   : kalau tidak salah sekarang sudah 2 tahun 4 bulan 3hari 6 jam
Rian                                : salah, bukan 6 jam. Tapi 5 jam 55 menit.
Gilar                               : aku akan membeli kertas gambar. Dan jika sekan kembali, katakana padanya dia harus menungguku kembali.Aku akan melukis untuknya.

Fade out Gilar.

Ira                                   : aku rindu sekan
Rian                                : aku juga
Ira                                   : sekan rindukah pada kita?
Rian                                : itu yang jadi masalahnya

Fade in gilar

Gilar                               : lihat !! ini cerita karya sekan. Aku berhasil mendapatkanya.
Ira                                   : lekas baca!!
Gilar                               : emmmmmmmm (terdiam)
Rian                                : ah lama !! sini biar aku saja yang baca. (seperti hendak membaca) em………..

Gilar menyeret rian dan berbisik

Gilar                               : bukankah kau dan aku tidak bisa membaca?
Rian                                : iya benar
Gilar                               : biarlah kak ira yang membacanya

Rian                                : kak Ira, berhubung kau yang paling tua antara kami, lebih baik kakak saja yang membacanya.

Ira                                   : (membaca tanpa suara,)
                                       Rumah yang beratap bambu,beralaskan tanah. Tak luas, mungkin sekitar 2X3 meter saja. Rumah itu begitu kotor, terletak ditengah sawah. Ya, mungkin bisa dibilang sebuah BENGKEL DI TENGAH SAWAH yang dihuni SENIMAN jalanan. Tapi tersimpan segudang cerita indah disana. Kami memiliki bakat dan cita cita , namun terhalang oleh kemiskinan. Seorang pelukis yang tak mampu membeli kanvas, gitaris yang telah menjual gitarnya, penari lengger yang telah kehilangan perawan, dan………. Penulis cerita yang tak tahu harus menulis apa. Ingin dia bercerita tentang sekolah , namun ia tak tahu bagaimana rasanya sekolah itu. Tak ada hal indah yang bisa diceritakan dirumah itu. Hingga suatu hari penulis itu pergi meninggalkan saudara saudaranya . Tapi ia sadar, takan ada cerita indah selain di rumah itu. Banyak proses yang telah dilalui. suka, duka, mereka lalui bersama. Cerita tentang anak presiden,artis, anak cerdas pun tak bisa mengalahkan cerita indah kami, cerita anak jalanan di Rumah Kita. Ya……… RUMAH KITA. HANYA RUMAH KITA !!! INILAH KITA DAN RUMAH KITA!

Semua terdiam

Rian                                : Sekan berkata bahwa ia tak mungkin menulis tentang kita. Tapi tetap ia tulis jua. Apa mungkin malam itu, sebenarnya dia berharap untuk kita cegah kepergianya?
Ira                                   : kenapa tak kau cegah?
Rian                                : itu bodohnya aku.
Sekan                             : kau baru sadar kalau kau bodoh kak?
Rian                                : itu dia masalahnya. Sudahlah ayo kita cari sekan.
Ira                                   : Kali ini kau harus menyeretnya pulang.

Ira, Rian,dan Gilar hendak pergi,

Sekan                             : hati hati kakak

Mereka tersadar akan sekan

Semua                            : sekan???

(kemudian memeluknya)
Sekan                             : aku rindu sekali dengan kalian. Kenapa malam itu kalian tak mencegah kepergianku? Kalian jahat! Untuk mala mini, esok, dan esoknya lagi bolehkah aku tidur di rumah ini?

Semua                            : Tentu boleh
Gilar                               : Sekan, akan kulukisakan sesuatu untukmu
Ira                                   : Kakak juga sudah menjahit selendang untuk kita menari bersama.
Sekan                             : Terimakasih kakak
Rian                                : Aku juga tak mau kalah. Aku sudah membeli gitar untuk kita bernyanyi bersama.
Sekan                             : coba nyanyikan
Semua                            : hanya bilik bambu
 Tempat tinggal kita
Tanpa hiasan
Tanpa lukisan

Lampu mati, panggi kosong. Lampu menyala

Narator                           : Bintang itu memang benar benar indah. Sebuah harapan di rumah ini. Rumah kumuh bak bengkel, dihuni oleh seniman jalanan dan terletak ditengah sawah. Ya, Bengkel Seni Pertanian. B E Z P E R !! Mungkin cerita Rumah Kita hanyalah sebuah scenario . Tapi kisah klasik di B E Z P E R adalah sebuah improvisasi diluar scenario . Ya , Inilah kita , kisah kita dan…………… B E Z P E R kita .


No comments:

Post a Comment

silahkan masukkan komentar. pesan, saran maupun kritik untuk BEZPER tercinta