Di sore hari yang penuh ketenangan, dipedesaan penuh dengan persawahan, seorang anak dan ibunya memulai kehidupanya dengan berkeliling menjajakan sorabi.
Ibu : sorabi.. sorabi.. sorabinya bu.. pak..
Anak : ibu sini biar saya yang membawanya.
Ibu
: tidak usah nak, ibu bisa sendiri
(sambil mengelap keringat dan menatap anaknya sambil ersenyum)
Anak : ibu.. (mengelap keringat)
Ibu : iya
ada apa nak ? kamu pasti capek ? sudah kamu tunggu sini saja. Biar ibu yang
berkeliling.
Anak :benarkah ibu
? tapi aku tidak ingin membiarkan ibu berkeliling sendirian, sedangkan aku
disini hanya duduk dan bersantai.
Ibu : tidak apa-apa, memang ini tugas ibu, sebagai ibu dan
sekaligus sebagai ayahmu.
Anak : coba ayah..
Ibu :
sudah-sudah, kamu tunggu disini saja. Biar ibu berkeliling dulu. Tapi ingat
jangan kemana-mana apapun yang terjadi kamu harus tetap disini.
Anak : iya bu, tapi
ibu hati-hati ya.
Ibu : iya nak,
ingat jangan kemana-mana apapun yang terjadi. Lalu ibunya pun pergi berkeliling
untuk menjajakan dagangannya, sementara itu si anak menunggu ibunya sambil
bersantai, tiba-tiba ada suara decitan ban lalu ada suara teriakan- teriakan
histeris disekitarnya.
Anak : wah ? ada
apa disana ?
Anak : apa yang
terjadi disana ?
Anak : (berlari
menuju ke sumber suara)
Anak : ah tidak,
ibu sudah berpesan padaku, apapun yang terjadi jangan kemana-mana.
lalu sang anak pun kembali duduk dan berdiam diri, lalu ada seorang
nenek datang menghampirinya.
Nenek : assalamualaikum nak (sambil duduk disebelah anak) Anak :
walaikummusallam nek, ada apa ya nek ?
Nenek : saya orang
jauh nak, saya sedang kehausan. (mengelap keringat dan mengambil botol
kosongnnya)
Anak : memang nenek
berasal dari daerah mana nek ?
Nenek : saya dari
Jakarta nak, tapi jauh dari perkotaan.
Anak : orang-orang
di sini berlomba-lomba agar bisa ke Jakarta, tapi ko nenek jauh-jauh dari
Jakarta malah kemari . memang ada perlu apa nenek kemari ?
Nenek : saya sedang
mencari ketenangan nak, ketenangan yang tidak dapat ditemui dijakarta.
Anak : ketenangan
bagaimana maksud nenek ? apakah hidup bersama orang-orang miskin maksud nenek?
Nenek : bukan,
ketenangan hati yang jauh dari sifat kemanusiaan.
Anak : maksud nenek
? (bingung)
Nenek : sifat rakus
manusia yang membuat semua menjadi tidak tenang.
Anak : (berdiri
sambil mencari ibunya)
Nenek : sekarang
sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan dengan kejujuran, semuanya hanya bisa
menggunakan uang ! uang ! dan uang !
Anak : memangnya
nenek tidak membutuhkan uang ?
Nenek : untuk apa
uang ? (sinis) Anak : bagaimana nenek bisa makan jika tanpa uang ?
Nenek : itulah
gunanya uang, untuk membatasi kita dalam hal berbagi !
Anak : (berfikir)
Nenek : sekarang coba
kamu datangi warung makan yang disitu, dan kamu minta isikan botol minum ini
tanpa harus membayarnya.
Anak : baik, coba
sini biar aku coba. Sementara itu si anak mencoba pergi ke warung makan
disebrang, dan kembali lagi ke tempat nenek tadi berada.
Nenek : bagaimana ?
dapat tidak ? (meleceh)
Anak : dapat, ya
perkataan kasar yang kudapat. Kalo tidak punya uang jangan kesini dasar miskin.
Nenek : karena apa ?
itu semua karena uang ! (sambil mengambil kembali botolnya)
Anak : lalu apa
bedanya disini dengan di Jakarta ?
Nenek : ya tidak ada
bedanya.
Anak : lalu
ketenangan tadi ?
Nenek : ya sekarang
aku telah menemukan ketenangan itu.
Anak : maksud nenek
?
Nenek : ya ketenangan
itu ada pada dirimu, pada diri seorang pemuda yang polos sepertimu.
Anak : (berdiri
sambil melihat kanan-kiri mencari ibunya) Nenek : apa yang kamu fikirkan
sekarang ?
Anak : aku memikirkan ibuku. (sambil terus mencari)
Nenek : mengapa kau
hanya memikirkan ibumu ?
Anak : karena hanya
ibukulah yang aku punya.
Nenek : benar.
Anak : benar apanya nek ? (bingung)
Nenek : ya memang
benar inilah ketenangan, sebentar lagi kau akan menemukan ketenangan itu.
Anak : aku sangat
mengkhawatirkan ibuku, tadi aku diberitahu bahwa aku harus menunggunya disini
apapun yang terjadi.
Nenek : memang sedang
apa ibumu nak ? menjajakan sorabi ?
Anak : iya benar, nenek ko bisa tau ?
Nenek : ya tadi saat
aku menuju kesini, aku lihat ada ibu-ibu sedang menjajakan sorabi. Mungkin
ibumu tidak akan datang kemari nak.
Anak : mengapa nek
? (bingung)
Nenek : karena ibumu
sudah pergi terlalu jauh.
Tiba-tiba sang nenek menulis sesuatu dikertas dan dimasukannya ke
kotak hitam, lalu diberikannya kepada sang anak.
Nenek : nak, ambil
ini. (memberi kotak hitam)
Anak : apa ini ?
(bingung)
Nenek : apapun yang
terjadi jangan buka kotak hitam ini, sebelum ibumu datang.
Anak : tapi apa
ini nek? (bingung dan kesal)
Nenek : ingat saja kata-kataku.(bangkit dan berjalan
meninggalkan anak perlahan)
Anak : nenek ingin kemana ?
Nenek : aku ingin
mencari kembali ketenangan itu. Ingat jangan buka kotak hitam itu sebelum ibumu
datang. Hari sudah semakin gelap, namun sang ibu belum datang juga. Si anak pun
bingun,takut, dan khawatir.
Anak : kemana ya
ibu ? ko belum juga datang ? apakah ibu sudah pulang ?
Anak : ah tidak mungkin. (melihat kotak hitam)
Anak : apa ya ini ?
mengapa nenek tadi bilang, jangan buka kotak hitam ini sebelum ibumu datang ?
Anak : apakah uang
? aah tidak mungkin, untuk minum saja dia kesusahan.
Anak : apakah batu
ajaib ? aah makin ngawur saja !
Anak : ah lebih
baik aku buka saja sekarang, (sedikit mengintip)
Anak : ah
tidak-tidak !
Anak : (melempar
kotaknya)
Anak : (kotak hitam
itu terbuka dan keluar isi kotak hitam tersebut)
Anak : apa ini ?
ada tulisannya.
Anak : nak,
maafkan nenek. Nenek tidak berani mengatakan hal ini dengan langsung. Tadi saat
diperjalanan menuju kemari, nenek bertemu dengan ibumu, nenek mendengan suara
ibumu mengucapkan sorabi.. sorabi.. tapi seketika suara itu hilang. Dan saat
nenek lihat kebelakang ternyata ibumu ditabrak mobil truk bermuatan batu-bata.
Seketika itu pula nenek melihat potongan-potongan bagian badan ibumu dengan
lumuran darah disekitarnya. Dan teriakan-teriakan histeris orang-orang
disekitar situ. Maafkan nenek nak, mungkin hanya ini yang bisa nenek katakan.
Mungkin kini kamu telah mengetahui apa arti ketenangan itu. Tertanda cinta,
nenek.