TARI JAWA DAN SEJARAHNYA
Tari Jawa merupakan warisan kebudayaan Mataram Islam. Ciri khas
dari tari Jawa adalah gerakan yang halus, dinamis, komunikatif, tegas, dan
berkesan berwibawa. Dahulu, seni sempurna nan adiluhung itu bersifat
rahasia dan hanya milik penari. Alih pengetahuandan pengatahun mengandalkan
cara pendampingan langsung dan secara lisan, turun temurun dari orang tua
kepada anak cucunya.
Macam-macam jenis tari Jawa
Tarian Candi
Tari-tarian ini dilakukan sebagai bagian dari pemujaan kepada
dewa-dewi dan biasa disebut sebagai tarian candi. Itu karena dipentaskan di
lingkungan candi, dibawakan oleh para pendeta perempuan sebagai persembahan
bagi Siwa, Wisnu, atau Brahma.
Dengan datangnya pengaruh Islam yang menguat, berakhirlah tugas para
pendeta perempuan dan para abdi raja di candi-candi. Namun, mereka mereka tetap
secara teratur mementaskan tarian dihadapan raja. Karenanya, seni ini menjadi
hak istimewa raja dan terkristalisasi dari generasi ke generasi. Maka, setiap
raja yang berkuasa harus menciptakan suatu karya tari. Biasanya, tari-tari ini
juga dipentaskan dihadapan para tamu kebesaran sebagai bentuk penghormatan.
Harmoni
Tarian Jawa selain merupakan seni gerak tubuh, juga merupakan
pengejawantahan dari pemahaman nilai budaya. Budaya Jawa memproses pemahaman
olah rasa dan olah pikir dengan tetap mengutamakan sisi kelembutan dan
kesantunan. Proses penciptaan tari Jawa mengacu pada konsep wiraga, wirama,
wirasa, suatu konsep keseimbangan dan harmoni antara gerak, irama, dan
rasa.
Karena dianggap sakral, seni tari Jawa awalnya hanya boleh
ditampilkan dalam lingkungan tembok istana. Seiring perkembangan zaman,
tari-tari tersebut mulai boleh dipentaskan di kalangan umum diluar keraton.
Bedhaya
Tarian jenis bedhaya dianggap sakral dan hanya
boleh ditampilkan di depan raja. Hanya pada
acara-acara khusus dan sangat pentinglah bedhaya dipagelarkan, yakni dalam upacara jumeneng dalem (penobatan
raja), jumenengan(peringatan penobatan raja), tumbuk yuswa(ulang
tahun raja), pawiwahan ageng (pernikahan putra atau putri raja),
serta ketika menyambut tamu-tamu agung yang sangat dihormati.Pementasan bedhaya pun
sekadar diperuntukkan bagi penonton-penonton terpilih.
Serimpi
Selain bedhaya ada juga beberapa tari perempuan lain yang
dikembangkan oleh istana-istana Jawa. Contohnya adalahserimpi dan golek.
serimpi merupakan istilah umum untuk menyebut tari-tari yang dibawakan 4
penari. Jumlah 4 penari serimpi melambangkan 4 arah mata angin, juga
4 unsur alam, yaitu grama (api), angin (udara), toya (air),
danbhumi (tanah).